Universal

Universal
Me and films

Silahkan Cari

Thursday, 16 September 2010

FROZEN >>>> Nyaris Bikin Nangis


Okay, I'm gonna write my comments on this film in Indonesian because there are so many reviews you can read about this film in English from many sites. And most of them are negative. Perhaps because we here in Indonesia do not know how it is like in Winter so when there are many plot holes, we can't notice them.

Pertama, Ithonx harus acungi jempol dulu buat Adam Green yang menulis dan menyutradarai film ini. Tiga bintang utamanya: Shawn Ashmore, Kevin Zegers, dan pendatang baru cantik Emma Bells mampu menyuguhkan akting bagus. Oh ya, sebagai informasi, Shawn Ashmore adalah saudara kembar Aaron Ashmore. Susah kadang membedakan mereka berdua dan mereka berdua bermain di Smallville sebagai Jimmy Olsen (adiknya, pasti tau kalo nonton musim ke 8 ketika Chloe menangis di pemakamannya).


Frozen bercerita tentang Dan, Joe dan Parker (Parker seorang cewek, pacarnya Dan) yang sedang berlibur di ski resort. Mereka mahasiswa yang gak punya uang buat naek ke atas gunung menggunakan chair lift (itu loh, kursi mirip kereta gantung buat naek ke gunung, tuh ada di gambar). Dengan menyuruh Parker buat merayu sang petugas, akhirnya mereka bisa naek chair lift itu.

Karena gak puas lantaran Parker gak terlalu lihai maen ski, akhirnya mereka memutuskan buat naek lagi malem2 ketika semua pengunjung sepi. Berhasil merayu sang petugas lagi, mereka naek ke gunung lagi menggunakan chair lift. Namun bencana terjadi. Sang petugas di panggil sang boss dan meninggalkan pos-nya. Orang yang menggantikan si petugas salah mengerti dan mematikan mesin chair lift. Mereka bertiga akhirnya tertinggal di ketinggian yang lumayan tinggi (gak jelas seberapa tinggi, yang jelas kalo lompat kaki bisa patah).


Dan, Joe dan Parker harus menelan pil pahit lantaran liburan mereka menjadi bencana dan ajal bagi mereka. Saat tengah malam, satu dari mereka memutuskan lompat dan berakibat fatal. Kemudian serigala-serigala lapar menghampiri. Belum lagi badai salju dan frostbite yang merusak kulit dan daging mereka.

Setengah jam pertama kita di sodori obrolan2 ringan ala mahasiswa dan sekaligus mengenalkan karakter ketiga orang tersebut. Ini metode yang efektif sehingga kita mampu bersimpati dengan tokoh-tokoh yang ada.

Selebihnya kita disodori cerita penyelamatan diri ketiga mahasiswa malang ini. Kita tidak diberikan karakter menjengkelkan layaknya film2 remaja yang berisi pembantaian, sehingga ketika kesialan menimpa karakter-karakter ini kita menjadi sangat bersimpati. Ya, ketiga orang ini adalah orang biasa dan baik hati yang mengalami kesialan akibat kelalaian petugas (yang sangat ingin Ithonx lihat mati di makan serigala).

Film dengan sedikit bintang sangat berpotensi membosankan dan dijauhi penonton jika plot dan dialognya hambar. Film ini sangat efektif memakai durasinya. Beberapa dialog dan adegan mampu membuat kita nyaris bersedih dan menitikkan air mata.

Yang jelas, kita jadi bersyukur tinggal di Indonesia yang tropis.


1 comment: