Universal

Universal
Me and films

Silahkan Cari

Friday 11 June 2010

Remember me


Suprisingly great..!

Robert Partinson harus cepat-cepat menyelesaikan Twilight Saga dan berpaling ke peran-peran seperti di Remember Me. Siapa tahu beberapa tahun lagi dia bisa menjadi the next Brad Pitt, Matt Damon, Leo DiCaprio atau Tom Cruise yang sangat jarang bermain buruk. Sementara buat Emille DeRavin, habisnya masa tayang LOST berarti usainya masa-masa dia harus terperangkap dalam karakter Claire yang charming dan saatnya mencoba peran-peran menantang.

Bukan, ini bukan film komedi romantis, tapi jika harus di paksakan harus masuk ke genre mana film ini, mau tak mau Ithonx harus memasukkannya ke drama (tanpa embel-embel romantis). Dua karakter utama Tyler dan Ally berusia 22 dan 21 tahun, dan mestinya harus terperangkap dalam penggambaran mahasiswa Amerika yang tipikal seperti “never ending party”, “free sex” yang berlebihan, atau kekonyolan berlebihan antara ‘jocks’ dan ‘geeks’. Namun karakter utama kita ini diberi masalah yang sangat ‘njelimet’ dan psikologis yang membuat penonton menelusuri latar belakang masing-masing karakter dengan sabar. Dan, ternyata sangat tidak membosankan.

Dengan premis sederhana, Tyler dibujuk roommate-nya untuk mendekati Ally karena ayah-nya Ally adalah polisi yang beberapa malam sebelumnya menggebuki mereka berdua yang jelas-jelas tidak bersalah, cerita memang agak tersendat. Namun kelanjutan ceritanya sedikit bergeser ke polemik orang-orang di sekitar dua karakter ini. Tyler harus “mengasuh” sang adik dan terus di bayang-bayangi kematian sang kakak yang menjadi idola-nya, sementara harus menghadapi sang ayah kandung yang kaya namun otoriter dan tak mau tau perkembangan mental anak-anaknya. Sementara Ally harus berusaha melupakan trauma masa kecilnya akan ‘subway’ dan sang ayah yang overprotektif.

Mengharapkan film ini akan seperti film-film tipikal remaja lain yang penuh dialog romantis dan konyol akan menjadi pengharapan yang sia-sia. Memang sesekali Aidan, teman Tyler sering bertingkah konyol, tapi untunglah tidak terlalu sering karena bisa-bisa merusak tone film ini yang sudah sangat sempurna untuk serius.

Ada kejutan sedih di akhir cerita yang, jujur nih, membuat Ithonx sedikit berkaca-kaca, dan membuat kita miris dengan karakter Tyler. Harus kah ending yang sudah sangat bagus berakhir seperti itu? Tapi mau tak mau memang dari awal penonton sudah di beri petunjuk akan akhir cerita nya, misalnya dari judulnya saja yang “Remember Me”, dan kalimat-kalimat Gandhi yang kerap di kutip Tyler dalam buku hariannya, atau film American Pie 2 yang ditonton Tyler dan Aidan yang mau tidak mau “membongkar” setting dan timeline film ini. Pokoknya, memang seperti itulah akhirnya.

Film ini akan membuat kita sedikit merenung tentang orang-orang disekitar kita yang terkadang memberi pengaruh besar dalam hidup kita tanpa kita sadari. Kita juga akan mensyukuri anugrah terbesar sang pencipta yaitu, hidup. Hidup terlalu pendek untuk disia-siakan. Dan yang terpenting, tak perlu hidup abadi atau terkenal untuk terus dikenang orang, cukup hanya memberi banyak arti bagi orang-orang terdekat kita. Dengan bagusnya cerita dan gemilangnya akting para aktor, Ithonx memberi nilai 9/10. Puas kalo nonton film berkualitas.

2 comments: