Universal

Universal
Me and films

Silahkan Cari

Sunday 6 June 2010

Aku Pecandu Hollywood Part 2



Lantaran harus di asrama, maka akses untuk menonton tv menjadi sangat terbatas ketika aku memasuki tahun-tahun di SMA. Padatnya aktifitas dan ekstrakuler membuatku hanya bisa menikmati Hollywood saat aku pulang ke rumah, yaitu sabtu dan minggu. Dahaga terhadap tontonan barat aku lampiaskan dengan membaca majalah remaja pria dan majalah film. Jumat sore adalah waktu yg menyenangkan karena aku bisa pulang ke rumah setelah bergelut dengan pelajaran dari senin mulai pukul 6 pagi hingga 5 sore. Saat pulang ke rumah aku melepas rindu dengan Beverly Hills 90210, Melrose Place, Baywatch, namun karena hanya di akhir pekan dan jam tayang yg berganti-ganti terus, aku sering bingung dengan cerita dan musim yg ditayangkan. Pada masa-masa ini aku sangat rajin menonton di bioskop. Saat itu aku belum paham mana film-film kelas B atau kelas A, yang aku tahu jika film itu bagus di tonton maka aku akan menontonnya. Steven Seagal, Cyntia Rothrock, Micheal Dudikof, Jeff Pahey, dan lain nya menjadi idola lantaran film-film mereka lebih banyak diputar di bioskop-bioskop menengah di banding film-filmnya Tom Cruise, Johny Depp atau Brad Pitt.

Memasuki tahun-tahun akhir SMA aku lebih sering di rumah dan berdekatan dengan TV. MTV begitu mempesona bagi diriku, dan sitcom menjadi tontonan yang aku tunggu. Friends yang selamanya akan jadi sitcom paling aku gemari tak pernah aku lewatkan, meskipun tengah malam ditayangkan, berdekatan dengan jadwal tayang Step by Step, dan Mad About You. Sitcom-sitcom lain juga secara sporadis aku tonton semisal Blossom, Boy meets world, The Nanny, dan Freakazoid, dan lainnya. Aku begitu ketagihan dengan tayangan ini. Aku bisa terbahak2 ditengah malam menyaksikan ke konyolan para karakter sitcom. Orang lain, misalnya saudara-saudaraku atau teman sangat kesulitan menemukan kelucuan dalam tiap sitcom yang aku tonton, tapi aku dengan mudah terbahak-bahak yang tidak juga aku ketahui mengapa atau dimana lucunya. Aneh.

Memasuki masa kuliah, banyak waktu yg aku habiskan dengan teman-teman dan pacarku diluar, namun ketika di rumah, waktunya Hollywood. Masa-masa kuliah aku sebut sebagai masa-masa terindah dalam hidupku. Aku menemukan teman-teman yang seru, pacar yang hebat, dan tontonan televisi yang luar biasa. Bioskop tidak lagi menjadi tempat favorit karena teknologi digital mulai memenuhi semua aspek kehidupan. Serial televisi Hollywood membanjiri hampir semua stasiun televise, membuatku harus membeli TV Guide tiap minggu dan terkadang merasa kesal karena beberapa tontotan favorit harus bertabrakan jadwal tayangnya (anehnya, perasaan kesal itu sangat aku rindukan sekarang). Minggu siang aku bisa terkesima dengan petualangan Hercules dan Xena, sorenya aku bisa melotot melihat sexi-nya Yasmine Bleeth di Baywatch, menjelang malam film-film blockbuster sangat seru di tonton, dan jam 10 waktunya Melrose Place. Ah, tiap hari selalu ada tontonan yang berbeda yang aku tunggu-tunggu kehadirannya. Dari karyanya Darren Star semisal Beverly Hills 90210, Melrose Place, Central Park West, Models Inc. dan Sex in The City, atau serial2 misteri kayak The X Files, Millennium, Twilight Zone, Night Vision, Amazing Stories, Tales from the Crypt, atau Goose Bumps, belum lagi sitcom yang makin ramai, serial spionase seru kayak Alias, CSI, dan detektif-detektif seru, drama-drama hukum menggelitik kayak Ally McBeal dan The Practice, drama keluarga satir kayak Felicity, Party of Five dan Desperate Housewives, atau drama-drama medis seperti ER dan Chicago Hopes. Ya ampun, jika aku benar2 membuat daftar nama-nama tontonan tersebut, maka daftarnya akan sangat panjang dan akan membuatku terus bernostalgia tanpa henti. Memang aku pecinta serial TV walau film-film layar lebar pun aku nikmati. Alasannya sederhana, banyaknya episode membuat kita bisa menyelami karakter dan merasa ‘attached’ dengan karakter tertentu dalam cerita.

Maka akulah yang paling bersedih ketika tontonan Hollywood di televisi berkurang drastis dan hampir tidak ada. Sekarang menonton acara televisi sangat tidak menyenangkan. Memang sih, satu dua masih ada tayangan lokal fiksi yang harus diakui bagus (keluarga cemara, si doel anak sekolahan, Noktah merah perkawinan, dll), tapi jumlahnya sangat sedikit. Coba lihat, televisi nasional kita dipenuhi acara-acara musik tidak berbobot, reality show yang direkayasa, sinetron-sinetron tidak mendidik, berita-berita bombastis ataupun infotainment yang sangat tidak penting.

Masa transisi itu begitu sulit hingga akhirnya datanglah masa keemasan DVD.

Ada orang yang begitu berkeinginan mengumpulkan episode demi episode serial televisi dan mengemasnya dalam keping DVD dan menjualnya dalam kemasan yang menarik. Beberapa paket DVD orisinil serial-serial beken juga banyak di rilis dan beberapa aku koleksi demi sebuah nostalgia. Sekarang ini, walaupun serial-serial televisi tidak mungkin akan ditayangkan di stasiun tv kita, aku tak pernah kuatir lantaran DVD shop (kebanyakan yang rip off) bisa menyediakannya. Menonton serial tv anyar dari keping DVD memang sangat nyaman tanpa gangguan iklan dan jadwal tayang yang terkadang tidak cocok, tapi ada sensasi lain ketika tayangan favorit itu tayang di tv kita dan bisa ditonton banyak orang. Serial-serial berkualitas seperti Glee, Mercy, Private Practice, Grey’s Anatomy, CSI, Lost, BONES, dsb seharusnya ditayangkan agar memperkaya pengetahuan penonton yang kering akan tontonan bermutu. Aku tidak pernah kuatir akan tontonan tv bermutu asal Amerika karena dengan mudah bisa datang ke DVD shop langgananku, tapi aku sangat kuatir generasi sekarang hanya tahu sinetron dan tidak menerima banyak ekposure bagus, terutama bahasa, dan mengalami kesulitan berkomunikasi dalam berbahasa inggris lantaran tidak punya sense of English.

2 comments:

  1. the end or to be continued??????

    ReplyDelete
  2. there will be a sequel but not now, he..he

    ReplyDelete