Tanpa ada rencana mau menonton film ini, maka ketika memasuki gedung bioskop dan memakai kacamata 3D saya tak punya banyak pengharapan layaknya menonton tayangan film yang fenomenal.
Terkadang sebel juga melihat cerita klasik yang dipaksakan termodernisasi tanpa juntrungan sehingga menjadi gak karuan. Lain halnya jika kisah legendaris Gulliver ini dibuat lagi dengan tone yang lebih baru layaknya Alice in The Wonderland tempoh hari, maka tak segan kaki melangkah ke gedung bioskop.
Semua orang tahu cerita Gulliver dan bangsa Liliput, maka tak selayaknya menceritakan plotnya disini. Tentu saja CGI dan render yang sangat halus harus kita puji lantaran tampilan Gulliver yang mendadak menjadi raksasa di tengah kerajaan bangsa Liliput sangat bisa dinikmati, namun selebihnya adalah kekecewaan yang besar bagi banyak penonton.
Plot begitu datar dan begitu mudah ditebak. Ditambah lagi usaha penulis cerita yang tampaknya mencomot banyak premis2 film terkenal sebelumnya. Mulai dari Alice In Wonderland, Transformers dan yang paling jelas adalah Bugs' Life (animasi keren itu loh).
Jack Black tampil seperti biasa, sangat annoying dan sok tahu. Amanda Peet tampil seadanya dan tak perlu berakting susah payah. Jason Segel rada lumayan walau tidak begitu charming. Pujian nampaknya harus dialamatkan kepada Emily Blunt (princess) dan Chris O'Dowd (General Edward) yang menjadikan film ini menjadi sedikit bernyawa.
Semua dialog dan lawakkan terasa sangat garing walau terkadang bisa juga membuat nyengir, namun membuat terbahak-bahak kayaknya sangat susah.
Ada lubang plot yang sangat tidak menyenangkan disini. Diceritakan Gulliver di usir dari negeri Liliput karena ketahuan bohong dan kalah dari "Transformer", kemudian di hanyutkan ke laut. Gulliver sampai ke negeri dimana dirinya hanya sebesar boneka barbie dan ditawan seorang anak perempuan. Bayangkan, jika Gulliver saja sebesar raksasa di negeri Liliput, apalagi orang-orang di negeri tersebut!!! Kemudian Horatio datang DENGAN MUDAHNYA menjemput Gulliver, untuk kemudian melarikan diri menuju negeri Liliput. Padahal, Penonton sudah berharap akan ada plot kejutan disini, namun yang terjadi malah 'siksaan' lewat adegan-adegan super klise. Payah.
Film ini nyata sekali tidak dipersiapkan untuk 3D, dan konversi yang asal-asalan tersebut hanya akal-akalan pembuat film yang ingin dapat untung gede. Alhasil yang ada hanya kepala pusing lantaran dipaksa memakai kacamata 3D yang tanpa efek apa-apa.
Akal-akalan seperti ini bisa jadi bumerang jika para pembuat film hanya mencari untung saja. Ujung-ujungnya, film2 yang memang dibuat khusus untuk teknologi 3D tidak pedulikan orang lantaran penonton kapok dibohongi.
>>Ithonx<<
0 comments:
Post a Comment