Universal

Universal
Me and films

Silahkan Cari

Wednesday, 16 March 2011

TAKUT >>> 6 Cerita, 7 Sutradara, ....1 Jeritan...!!


Yang menyukai antologi pasti sudah menonton Paris J'taime, atau kompilasi Stephen Kings yang mampu membuat berdecak kagum. Belum lama kita dibuat merinding dengan antologi karya anak negri Thailand dengan Phobia 1 dan 2 (ditulis 4Bhia). Mungkin dibesut dengan nafas yang sama, Takut hadir di tahun 2008 memeriahkan perfilman kita dan Asia yang ternyata mendapat sambutan lumayan bagus, dan dengan kualitas yang cemerlang. Asyiknya menonton antologi adalah kita bisa membandingkan teknik penceritaan para sineas baru dan berpengalaman dengan gaya unik mereka masing-masing.

Jika diperhatikan tulisan ditepi poster diatas, maka kalian menemukan nama-nama bintang muda Indonesia yang aktingnya tak perlu dipertanyakan. Lalu bagaimana dengan plotnya? Yuk kita telusuri satu persatu.

1. Show Unit

Show Unit membuka Takut sebagai segmen pertama. Disutradarai dan ditulis oleh Rako Prijanto. Show Unit mengetengahkan cerita tentang Bayu (Lukman Sardi) dan Dinna (Marcella Zalianty) yang baru menikah. Dinna mempunyai putri dari pernikahan sebelumnya yang bernama Shira. Satu malam, saat pesta di rumah tetangganya, Bayu melihat lampu dirumahnya menyala padahal ia yakin semua lampu telah dimatikan. Bayu kemudian pulang kerumah, dan mendapati pengalaman yang akan mengubah hidup rumah tangganya.

2.Titisan Naya

Titisan Naya digarap oleh sineas favorit saya, Riri Reza. Di cerita ini Riri ingin berpesan bahwa terkadang sikap sinis terhadap warisan budaya kita sendiri bisa berakibat buruk. Dina Olivia didapuk menjadi Naya, gadis modern yang pulang ke rumah keluarganya yang sedang mengadakan upacara cuci keris keramat adat kejawen. Dasar super cuek, Naya malah asyik menggoda sepupunya (diperankan Junior Lim) dan ujungnya berakhir mistis. Di segmen ini Dina Olivia mampu menampilkan akting kuatnya. Gambaran upacara cuci keris juga mampu digambarkan dengan sangat detil lengkap dengan mantra-mantranya.

3. Peeper

Yang ini berkisah tentang pengintip yang akhirnya kena batunya. Dengan mengusung cerita perwayangan dan sosok mengerikan dewi Durga, Ray Nayoan yang saat itu masih tergolong sineas baru, mampu membawa nuansa erotis dengan mengeksploitasi keseksian Wiwid Gunawan.

4. The List

The List sedikit ber-tone komedi namun tetap seram. Shanty dan Fauzi Badilaa kebagian memerankan sepasang mantan kekasih yang mencoba balas dendam satu sama lain dengan menyewa dukun santet. Eksekusi cerita dibuat sangat cerdas namun nampak terburu-buru dibongkar sehingga kenikmatan penonton agak nanggung.

5. The Rescue

Dengan mengusung cerita Zombie ala Resident Evil, The Rescue tidak memberi ketegangan maksimal lantaran cerita sejenis sudah ratusan kali di usung. Penampilan Eva Celia belum mampu dimaksimalkan. Tapi jelas sekali kalau garapan Raditya Sidharta ini tak kalah dengan Hollywood.

6. Dara

Inilah cikal bakal dua teman akrab yang menyebut dirinya The Mo Brothers membesut Rumah Dara yang banjir pujian dan darah itu. Jika telah menyaksikan Rumah Dara, maka tak perlu lagi membaca plotnya, hanya saja di segmen ini kita hanya menyaksikan beberapa bintang saja dengan plot yang sedikit berbeda. Saya sendiri menonton Rumah Dara dulu, baru kemudian menyaksikan segmen ini. Ritme dan kebrutalan memang tidak sebanding dengan Rumah Dara versi panjang, dimaklumi saja lantaran keterbatasan durasi. Adegan Adjie terikat rantai diruangan yang mirip kamar mandi mengingatkan kita dengan adegan film brutal Hollywood "Saw" (satu-satunya jilid 'Saw' yang saya tonton lantaran yang kedua nyampe 6 bener-bener bikin muak).

Kalau harus diberi nilai, mungkin saya akan memberi nilai 9 buat Dara, dan 8 buat The List, dan yang lainnya mendapat nilai 7. Antologi ini membuktikan bahwa Indonesia masih menyimpan ratusan cerita mistis dan unik untuk digarap dengan cerdas layaknya segmen-segmen yang ada di sini. Film-film horor kita masih terlalu dangkal dan amatiran, dan Takut membuktikan bahwa sineas bukan spesialis horor ternyata sangat mampu membesut cerita horor dengan cerdas dan menarik. The List dan Titisan Naya sangat layak di buat versi panjangnya, sementara Show Unit dan Peeper cukup efektif dengan hanya menjadi cerita pendek saja.

Kita masih ingin menyaksikan film-film horor lokal berkualitas, kan?

>>Ithonx<<

0 comments:

Post a Comment