Sebenarnya sudah lama sekali ingin menonton film ini dan berapa kali melihat vcd bajakannya bersliweran di mall, namun serbuan Hollywood dan setumpuk episode serial teve yang terus menggoda membuat hasrat menonton film ini seolah timbul tenggelam. Entah 'kerasukan' apa akhirnya ingin sekali menonton film anak negri yang banyak dipuji-puji ini. Atas bantuan teman baik saya Erwin yang punya keanggotaan rental vcd waralaba, akhirnya daku bisa menyewa 5 film yang lumayan susah dicari, dua diantaranya adalah Pintu Terlarang dan film antologi Takut.
Berbekal pengetahuan bahwa Pintu Terlarang banyak mendapat apresiasi di luar negri dan ending yang twist, maka cukuplah alasan memelototi film besutan Joko Anwar ini. Jika kalian belum pernah dan berniat menonton film ini, jangan sekali-sekali membaca sinopsisnya di manapun, apalagi wikipedia yang sangat tega membongkar twist endingnya. Cukup duduk manis (atau berbaring) dan nikmati alur cerita yang membuat penasaran ini.
Pintu Terlarang berkisah tentang Gambir yang berada di puncak karir sebagai seniman. Seni yang dihasilkan adalah patung wanita hamil. Sang istri, Talyda nampak begitu senang mendampingi suaminya yang tampan dan sukses di tiap eksebisi yang diadakan. Perlahan, lapis demi lapis misteri tentang pasangan ini terkuak. Sang ibu, teman-teman dan pemilik galeri ternyata menyimpan rahasia besar yang mengungkung kehidupan Gambir. Di rumah besarnya, Gambir menemukan sebuah pintu yang terkunci rapat, saat hendak di buka, Talyda memperingatkan Gambir agar jangan pernah membuka pintu tersebut apapun yang terjadi.
Sepanjang cerita, penonton diajak menerka-nerka apa yang sebenarnya rahasia besar yang terselubung, dan (maaf telah merusak kenikmatan menonton) mau tak mau mengingatkan kita dengan film Leonardo DiCaprio tahun 2010 lalu dan juga film tegang John Cussack bejudul Identity.
Joko Anwar sukses mengadaptasi novel dengan judul yang sama karya Sekar Ayu Asmara ini. Ketegangan dibuat merambat dan sinematografi sangat memukau. Setting dibuat sedikit noir sehingga kita seolah dibawa ke tempat fiktif namun universal tapi tetap bernafaskan Jakarta. Coba terka pesan apa yang ingin disampaikan Joko dengan menampilkan reklame klasik dengan tulisan "Be a good wife. Get a job"
Fachry Albar yang juga membintangi film keren Joko Anwar lainnya, Kala, mampu menampilkan akting cemerlang. Kekuatan aktingya dikuras habis-habisan untuk menampilkan performa yang luar biasa sama dengan Leonardo DiCaprio. Pemain-pemain lainnya juga tak kalah hebatnya, Marsha Tomothy yang memerankan Talyda mampu menjaga kualitas aktingnya. Ariyo Bayu, Otto Jauhari dan Tio Pakusadewo patut juga dipuji. Yang tak kalah juga adalah Henidar Amroe yang menjelma menjadi Ibu Gambir, wanita ini tidak nampak bersusah payah berakting namun mampu menampilkan kualitas yang patut dipuji juga.
Sayang sekali, film produksi tahun 2009 ini tidak diapresiasi dengan baik oleh penonton di Indonesia. Mungkin penonton lokal belum mampu menerima film dengan plot membingungkan dengan bumbu psikoligis berkualitas. Untungnya, menangnya film ini di luar negri membuat Joko Anwar menjadi semangat membesut film-film lainnya. Can't wait to see the next...
>>Ithonx<<
0 comments:
Post a Comment