Universal

Universal
Me and films

Silahkan Cari

Friday 3 December 2010

RESIDENT EVIL 4: AFTER LIFE >>> Prison Break of Zombieland..!!

Entah apa yang salah dengan jilid ke empat petualangan Alice ini, pokoknya saya tidak merasakan thrill yang sama ketika saat pertama menyaksikan jilid satu dan dua.

Berharap banyak akan berbeda dengan hadirnya Wentworth Miller dan kembalinya Ali Larter yang kebetulan keduanya adalah bintang serial televisi favorit saya ternyata tidak membuat film ini menjadi berkesan.

Peran Alice menjadi kadung lengket dengan Mila Jovovich. Entah apa akan masih ada yang menonton jika Alice diperankan aktris lain. Karekter super hebat ini tiba-tiba saja menjadi tidak menyenangkan lagi untuk saya nikmati. Semua terasa mudah diatasi oleh sang jagoan ini dan ini menjadi bumerang bagi plot film secara keseluruhan. Makin lama Alice makin kehilangan ekpresi dan emosi sehingga tidak enak dinikmati.

Eksplorasi terhadap karakter Claire (Ali Larter) juga terlalu dangkal. Claire di buat amnesia sedemikian rupa tanpa pengembangan karakter yang berarti. Hadirnya karakter Chris sang kakak (Wentworth Miller) tidak juga membantu plot ini menjadi lebih menarik. Wentworth tidak menunjukkan kemajuan akting yang memadai. Lepas dari peran napi di Prison Break, malah masuk lagi ke peran tipikal yang tidak mengharuskan dirinya berdialog lama-lama. Terus terang saja, siapa pun bisa mengambil peran ini jika karakternya sedangkal itu.


Para survivor lain benar-benar parah. Terjadinya pengulangan plot sebenarnya bisa termaafkan, namun kali ini benar-benar parah karena penonton tidak dibuat bersimpati dengan mereka sehingga ketika satu persatu terbantai oleh para zombie, penonton hanya melongo tanpa merasa kasihan sama sekali. Bandingkan dengan jilid 1,2, dan 3 yang menegangkan itu. Ketika satu persatu harus di bantai para zombie, kita dibuat deg-degan sambil berharap mereka selamat. Ingat ketika tokoh yang dimainkan Ashanti dan Oded Fehr (atau Michelle Rodriguez di jilid satu) di jilid ketiga harus tewas?? Betapa penonton menyayangkan kematian mereka, dan di jilid empat ini penonton tidak merasa seperti itu karena penulis cerita tidak mengeksplorasi karakter mereka satu persatu.

Satu jam pertama kita dibuat bosan dengan pencarian Alice terhadap para survivor yang di jilid sebelumnya diceritakan selamat. Dan untuk kemudian bertemu Claire yang hilang ingatan. Melalui flashback Claire-lah kita tahu benang merah jilid ketiga dan keempat ini. Kemudian Alice menemukan para survivor lain yang berada disebuah gedung yang dikelilingi para zombie. Selebihnya cerita bisa dengan mudah ditebak.

Di sini sosok para zombie tidak lagi menjadi 'peran utama'. Penonton tidak diberi penjelasan pasti mengapa para zombie kini sudah bermutasi. Jawaban pastinya mungkin bisa ditemukan oleh para gamers atau sinopsis-sinopsis yang bertaburan di internet.

Jilid keempat ini nampak seperti sebuah serial teve yang sesudah kelar menyaksikannya kita menunggu lanjutannya, namun tanpa rasa penasaran. Hadir dengan teknologi 3D, membuat terlalu banyak slow motion yang mengganggu intensitas ketegangan (yg kurang tegang).

Jika memang akan berlanjut lagi ke jilid kelima, niat menontonnya memang masih ada, namun tetap saja 3 jilid pertama tetap menjadi yang terbaik. Perbaikan di sektor plot dan eksplorasi karakter wajib dilakukan. Jilid satu luar biasa seram dan menegangkan, Eric Mabius tampil mengesankan. Jilid kedua tetap terjaga karena setting yang sudah 'naik' ke dunia atas. Jilid ketiga tetap seru dangan banyaknya adegan kejar-kejaran dan hadirnya Ashanti dan Oded Fehr yang harus tewas disini. Dan jilid keempat, benar-benar parah, atau karena memakai teknologi 3D maka sisi cerita menjadi terabaikan? Entahlah.

0 comments:

Post a Comment