Susah payah Mira Lesmana, Riri Riza, Garin Nugroho, Hanung Bramantyo, Mo Brothers dan sineas-sineas lainnya menghidupkan kembali perfilman kita, sekarang para produser sutradara latah membuat film2 esek-esek horor dan komedi kacangan.
Okelah sekali dua kali mereka mengadaptasi American Pie yang super ngeres itu (tapi walau begitu American Pie punya story line dan karakterisasi yang jelas) tapi kesininya semakin gak karuan saja perfilman kita.
Tumpukan film horor sampah dengan balutan sensualitas yang gak jelas terus mengotori gedung bioskop kita. Sebelumnya Rizal Mantovani sukses membuat KUNTILANAK Trilogy dengan nuansa berbeda, namun kini rasa kasihan harus kita tujukan pada hantu-hantu kita (seperti pocong, suster ngesot, kuntilanak) yang tidak diperlakukan baik sebagai sumber cerita. Penulis cerita dan sutradara terus mengekploitasi mereka tanpa ampun sehingga 'para hantu' itu hilang gregegetnya.
Setelah komedi esek-esek dan horor (ese-esek juga), sekarang para produser dan PH tertentu mengganti marketing strategi mereka dengan mengundang para artis luar berakting di film lokal. Ini sebenarnya bukan trik baru. Akhir 80an, perfilman lokal kita diserbu bintang-bintang laga keren seperti Dolph Lundgren (yang maen The Expendables, kemaren), Cynthia Rothrock, Patrick Muldon, dan lain-lain (memang mereka bintang laga kelas B), namun kehadiran mereka sangat positif karena film2nya lumayan bagus dan bisa membuat perfilman Indonesia naik ke kasta lebih tinggi.
Yang dilakukan sineas dekade ini sangat tidak beralasan: mengundang bintang porno sebagai bintang tamu di film-film mereka. Miyabi (Maria Ozawa) bisa jadi pelopornya untuk dekade ini. Meributkan kehadiran Miyabi sebenarnya sia-sia saja, dia bukan siapa-siapa di dunia perfilman mainstream, tapi karena terlalu overexposed maka orang jadi penasaran. Yang dicari malah bukan film "Menculik Miyabi" tapi DVD film pornonya. Saat orang terfokus dengan Miyabi, kita malah kecolongan, Rin Sakuragi, bintang porno Jepang lainnya malah dengan aman main di "Suster Keramas"
Sekarang giliran Tera Patric di impor buat memperkuat barisan cast "Rintihan Kuntilanak Perawan". Tera Patric adalah bintang porno asal Amrik yg film2 pornonya sudah tak terhitung lagi. Mungkin terlalu banyak bencana di Indonesia sehingga ormas-ormas islam tidak banyak yang ribut.
Timbul pertanyaan, mengapa harus bintang porno? jika niatnya menghidupkan perfilman kita, banyak kok bintang-bintang luar berbakat bisa dikontrak. Jika alasannya karena mereka (bintang porno) mudah menarik perhatian, maka salah besar. Ketika calon penonton tau kalau Tera Patric adalah bintang porno orang malah mencari film2 pornonya, bukan berduyun2 ke bioskop kan?.
Yang membingungkan adalah: Siapa sebenarnya target penonton film2 berbintang film porno itu? Jika para lelaki dewasa, ngapain juga repot-repot ke bioskop melihat Tera, Miyabi atau Rin masih berpakaian jika bisa melihatnya bugil lewat DVD?? iya kan?? Secara tidak langsung para produser itu ikut membangkitkan industri DVD porno karena orang-orang yang tidak tau jadi penasaran dan mencarinya, ATAU...bisa jadi para produser dan pengganda DVD porno itu adalah orang yang sama?? Bisa jadi...
Kabarnya juga...Tera, Miyabi, dan Rin dibayar sangat mahal....
Entahlah...
Jika mau menghidupkan atawa menginternasionalkan film2 kita, kenapa tidak mengundang bintang-bintang serial TV Korea, Jepang (yang mainstream), Barat dan India yang relatif masih murah.
Komunitas serial TV sangat bejibun di Indonesia, dan mereka bisa jadi berbondong-bondong menyerbu bioskop. Ingat ketika bintang telenovela Thalia dan Corraima Torres datang ke Indonesia?? Andai mereka diajak main film...
Memang sulit menebak jalan pikiran produser-produser film kita yang hanya berorientasi keuntungan tanpa menghiraukan edukasi dan seni.
Kalau sudah begini, pengen rasanya ngadu ke Mira Lesmana, Riri Riza, Hanung, Garin supaya mereka cepat-cepat merilis film mereka....
Okelah sekali dua kali mereka mengadaptasi American Pie yang super ngeres itu (tapi walau begitu American Pie punya story line dan karakterisasi yang jelas) tapi kesininya semakin gak karuan saja perfilman kita.
Tumpukan film horor sampah dengan balutan sensualitas yang gak jelas terus mengotori gedung bioskop kita. Sebelumnya Rizal Mantovani sukses membuat KUNTILANAK Trilogy dengan nuansa berbeda, namun kini rasa kasihan harus kita tujukan pada hantu-hantu kita (seperti pocong, suster ngesot, kuntilanak) yang tidak diperlakukan baik sebagai sumber cerita. Penulis cerita dan sutradara terus mengekploitasi mereka tanpa ampun sehingga 'para hantu' itu hilang gregegetnya.
Setelah komedi esek-esek dan horor (ese-esek juga), sekarang para produser dan PH tertentu mengganti marketing strategi mereka dengan mengundang para artis luar berakting di film lokal. Ini sebenarnya bukan trik baru. Akhir 80an, perfilman lokal kita diserbu bintang-bintang laga keren seperti Dolph Lundgren (yang maen The Expendables, kemaren), Cynthia Rothrock, Patrick Muldon, dan lain-lain (memang mereka bintang laga kelas B), namun kehadiran mereka sangat positif karena film2nya lumayan bagus dan bisa membuat perfilman Indonesia naik ke kasta lebih tinggi.
Yang dilakukan sineas dekade ini sangat tidak beralasan: mengundang bintang porno sebagai bintang tamu di film-film mereka. Miyabi (Maria Ozawa) bisa jadi pelopornya untuk dekade ini. Meributkan kehadiran Miyabi sebenarnya sia-sia saja, dia bukan siapa-siapa di dunia perfilman mainstream, tapi karena terlalu overexposed maka orang jadi penasaran. Yang dicari malah bukan film "Menculik Miyabi" tapi DVD film pornonya. Saat orang terfokus dengan Miyabi, kita malah kecolongan, Rin Sakuragi, bintang porno Jepang lainnya malah dengan aman main di "Suster Keramas"
Sekarang giliran Tera Patric di impor buat memperkuat barisan cast "Rintihan Kuntilanak Perawan". Tera Patric adalah bintang porno asal Amrik yg film2 pornonya sudah tak terhitung lagi. Mungkin terlalu banyak bencana di Indonesia sehingga ormas-ormas islam tidak banyak yang ribut.
Timbul pertanyaan, mengapa harus bintang porno? jika niatnya menghidupkan perfilman kita, banyak kok bintang-bintang luar berbakat bisa dikontrak. Jika alasannya karena mereka (bintang porno) mudah menarik perhatian, maka salah besar. Ketika calon penonton tau kalau Tera Patric adalah bintang porno orang malah mencari film2 pornonya, bukan berduyun2 ke bioskop kan?.
Yang membingungkan adalah: Siapa sebenarnya target penonton film2 berbintang film porno itu? Jika para lelaki dewasa, ngapain juga repot-repot ke bioskop melihat Tera, Miyabi atau Rin masih berpakaian jika bisa melihatnya bugil lewat DVD?? iya kan?? Secara tidak langsung para produser itu ikut membangkitkan industri DVD porno karena orang-orang yang tidak tau jadi penasaran dan mencarinya, ATAU...bisa jadi para produser dan pengganda DVD porno itu adalah orang yang sama?? Bisa jadi...
Kabarnya juga...Tera, Miyabi, dan Rin dibayar sangat mahal....
Entahlah...
Jika mau menghidupkan atawa menginternasionalkan film2 kita, kenapa tidak mengundang bintang-bintang serial TV Korea, Jepang (yang mainstream), Barat dan India yang relatif masih murah.
Komunitas serial TV sangat bejibun di Indonesia, dan mereka bisa jadi berbondong-bondong menyerbu bioskop. Ingat ketika bintang telenovela Thalia dan Corraima Torres datang ke Indonesia?? Andai mereka diajak main film...
Memang sulit menebak jalan pikiran produser-produser film kita yang hanya berorientasi keuntungan tanpa menghiraukan edukasi dan seni.
Kalau sudah begini, pengen rasanya ngadu ke Mira Lesmana, Riri Riza, Hanung, Garin supaya mereka cepat-cepat merilis film mereka....
iya neeh...
ReplyDeleteprasaan film bgituan g da yg booming tu...
kok mlah pd rajin bwt yg bgituan ya..
dasar...
sayang bgt rasanya klo kualitas yg udah dibangun
mo ancurin lg kyk taon 1990-an lg perfilman qta....
Iya, sayang banget, padahal kita2 masih rindu dg karya2 lokay yg bermutu, thanks ude komen ya
ReplyDelete